NOVEL ONLINE SATU DEKADE Episode 7


Menghilang

Hingga malam ini, masih kurapal namanya dalam bait-bait doaku yang sederhada pada Tuhan, doa yang kumohon dengan segala ketidak berdayaanku pada takdir dan kuasa-Nya. Sederhana yang ku mohon, jika memang Tuhan mentakdirkan kami bersama, maka permudahkan jalannya, dan jika tidak, semoga kami mendapatkan hal yang terbaik.

Malam sedikit sunyi tanpa ada kabar apapun baik dariku ataupun darinya, memang sudah larut malam, kami hanya diam tanpa ada komunikasi sejak telpon terakhir itu. Ponsel hanya diam tak berdering sama sekali, yah, memang jarang ada yang berkirim pesan paling-paling juga pesan masuk promo dari operator seluler. Ada beberapa slide foto dirinya yang kusimpan di galeri ponsel, salah satunya foto ketika di rumah sakit saat sedang menununggu ayahnya, foto selfie bersama ibunya, ada lagi foto ketika ikut lomba paduan suara, dia mengenakan jilbab putih panjang dengan balutan busana berwarna merah dengan sedikit motif bordiran bunga berwarna putih diujung kedua lengan, ditambah dengan pose candid dia nampak begitu anggun bagiku. Sekilas memandangi fotonya membuatku sedikit merasa gelisah, akankah rinduku harus kubuang jauh-jauh dan berakhir sampai disini, ataukah akhirnya akan dipertemukan dengan cara yang tak terduga, entahlah, aku hanya harus bersabar dan membiarkan dia dan keluarganya memilih mana yang terbaik untuk dia dan keluarganya.

Aku memutuskan untuk menghilang sementara waktu dan membiarkan ponselku mati, seingatku waktu itu bukan hanya sehari dua hari aku menghilang tanpa kabar, bahkan lebih dari satu bulan. Entah apa yang ada dipikiranku saat itu, aku seolah menyerah dan memilih mundur dan menjauhinya. Aku tak tahu, apakah karena merasa diriku tak pantas untuknya ataukah aku merasa laki-laki itu jauh lebih mapan, jauh lebih tampan, dan banyak yang tak bisa kusaingi, rasanya laki-laki itu lebih pantas untuknya.

Mungkinkah aku putus asa.? 

Ah.. tentu tidak.. bagiku, mungkin Tuhan tidak mengizinkan aku memilikimu, tapi Tuhan mengizinkan aku mencintaimu, bagiku ini sudah merupakan anugerah bagiku, sempat merasakan sedikit perhatian lebih darimu meskipun hanya dalam waktu yang sebentar saja.

Sungguh waktu itu, jujur aku sangat ingin berlari sejauh mungkin, berteriak sekencang yang kubisa, berlari semakin jauh dan jauh, meluapkan segala emosi yang memenuhi setiap sudut ruang hatiku, berlari hingga kedua kakiku letih dan aku merasa kelelahan kemudian tertidur melupakan semua kejadian ini, detik demi detik yang sudah terlewati selama hampir sepuluh tahun ini dalam penantian. Namun bayangmu yang samar tetap muncul dalam klise-klise mimpiku setiap malam, mengusik kembali ingatan-ingatan lamaku tentangmu.

Yang bisa kulakukan saat ini hanya menenangkan diri, aku pergi kesebuah tempat yang sunyi, letaknya tak jauh dari stasiun kereta api agak jauh dari tempatku tinggal, rel kereta disini melintang dengan areal persawahan dikanan dan kiri, begitu damai dan tenang. Kebetulan aku datang waktu malam hari, tak ada siapapun disini, hanya beberapa kendaraan yang lewat dan sesekali terdengar suara nyanyian jangkrik yang mendamaikan, ditambah lagi malam itu cuaca cerah langit dihiasi sedikit awan dan bulan purnama bersinar begitu indah menurutku. Ku luapkan segala perasaanku disini, tak akan ada seorang pun yang mendengarnya, aku tak menangis, sungguh aku bukan laki-laki cengeng. Aku hanya ingin menyendiri untuk sebentar saja, merenung dan melupakan semua sesal dan sedikit sakit di hati. Mencoba berteriak ketika kereta api melintas dengan berisiknya, jadi teriakanku tak akan mengagetkan siapapun. Sebentar memang terasa lega, tapi sakit itu kembali lagi. Aku berterima kasih atas nyanyian indah jangkrik malam itu, nyanyiannya membuatku sedikit merasa baikan aku ingin mendengarkannya lagi lain waktu jika aku kesini lagi.

Beberapa hari kemudian aku mendengar berita dari seseorang, dia menerima lamaran laki-laki itu, acara lamarannya sudah berlangsung beberapa hari yang lalu.

Sesaat kuambil ponselku dan kuhidupkan, berharap ada pesan yang masuk darinya. Namun ternyata, nihil, tak ada pemberitahuan apapun yang masuk, justru pesan yang masuk adalah whatsapp dari salah seorang teman dekatnya yang juga tahu tentang kedekatanku dengannya yang menanyakan kabarku, kenapa lama tak online baik di whatsapp ataupun facebook. Mungkin temannya ini sedikit prihatin padaku tahu tentang kejadian ini, aku tak menjawab banyak, balasku hanya ingin menenangkan diri saja, sedikit suntuk.

Beberapa hari kutunggu tak ada pesan masuk dari dia, apakah dia lupa, atau tak berani bercerita jujur tentang kejadian sebenarnya. ? aku hanya bisa berspekulasi bahwa mungkin tak ada untungnya juga memberitahuku soal kabar lamaran itu aku juga tak ingin menanyakan apapun pada dia, sungguh tak patut jika aku mengjubunginya lagi, karena sudah dalam pinangan orang lain. Dan benar saja, akhirnya dia mengirim pesan padaku, dia bertanya kabar padaku, dan dalam tulisannya dia bekata, ada banyak hal yang sudah terjadi..

" Selama sampean off, banyak kejadian yang sudah terjadi mas, maaf.." seperti itu katanya.

" Iya, nggak apa apa dek, selamat "

" Sekali lagi, aku minta maaf mas.."

Aku tak tahu apa dia bahagia, atau sedih atau kecewa, yang pasti disini akulah yang menelan pil pahit atas kejadian ini. Aku menerima kisahku selama satu dekade ini harus kututup sampai disini dengan rasa sedih, tak apa.
Semua tinggal cerita masa yang telah lalu, tak ada lagi yang perlu diperjuangkan ataupun disesali, aku percaya ini adalah pilihan terbaik yang diberikan Tuhan. Kita hanya tinggal mensyukurinya ataupun melewatinya dengan sabar, jangan mengeluh dan jangan putus asa, Tuhan tahu, mana yang lebih baik untuk hambanya.

Satu bulan kemudian, acara akad nikah dan resepsi digelar, dia tidak memberitahu sebelumnya kapan acaranya akan diadakan, justru aku tahu dari beberapa temannya yang juga mengenalku. Sebenarnya tepat setelah sholat subuh, pagi hari sebelum acara akad nikah dia sempat mengirimiku kabar lewat SMS.

" mas, dimohon kehadirannya pagi ini. "

" hadir ? hadir kemana dek.? "
" acara apa.? "

Namun sampai detik ini pesan balasan yang kukirim tak mendapat balasan apapun darinya. Aku juga tak tahu alasannya. Akupun juga tak mengahdiri acara itu karena aku bukan termasuk tamu undangan. Aku turut bahagia atas pernikahannya, dan berdoa semoga menjadi keluarga yang bahagia seterusnya. amin..



( masih ada lanjutannya )



Komentar