NOVEL ONLINE SATU DEKADE Episode 4






Terpesona



Aku berangkat lagi ke Ponorogo, kota indah dengan udaranya yang menurutku terasa sejuk dan segar, mungkin karena tempatku berada selama enam tahun ini adalah di dekat gunung, tinggalku tidak begitu jauh dari lokasi Telaga Ngebel yang letaknya berada di atas gunung, jadi tak heran jika suhu udaranya cukup dingin, apalagi kalau bangun dini hari dan berwudhu, tubuh terasa menggigil tidak karuan, dingin airnya begitu terasa menjalar ke sekujur tubuh. Aku melanjutkan rutinitasku di pagi hari seperti sebelumnya dan mengajar di salah satu madrasah di sekitar tempat tinggal ketika siang hingga sore hari menjelang waktu maghrib, aku sangat menikmati kegiatanku ini.

Aku punya sebuah buku catatan, anggap saja sebuah buku harian, warnanya merah dengan sedikit aksen garis lurus berwarna hitam, terlihat sangat minimalis dan simpel tapi hal itu tak menghilangkan kesan istimewa karena isi di dalamnya. Biasanya aku menulis banyak hal yang kulewati selama ini, mulai dari kegiatan sehari-hari, hal-hal yang kuingat tentang rumah dan keluarga, menulis semua yang kurasa, susah, senang, bahagia, merana, semua tumpah ruah dalam goresan tinta pena, membentuk rangkain huruf dan kata yang menjelmakan semua hal yang kurasa, termasuk, rasa rinduku padanya, yang mulai tumbuh subur belakangan ini.

Aku jarang berkomunikasi dengannya, entah kenapa rasanya sulit untukku memulai sebuah percakapan, meskipun hanya lewat pesan singkat whatsapp. Sesekali aku berkomentar ketika dia mengunggah status yang cukup familiar untukku, jadi aku punya bahan pembicaraan yang jelas. Balasan pesannya juga terkesan singkat dan kurang menanggapi, aku selalu kehabisan kata-kata karena sepertinya percuma, dia tidak menaruh antusias lebih padaku. 

Hingga suatu saat dia bilang padaku, ibunya menyampaikan salam padaku dan bilang beliau tertarik tentang kedekatanku padanya dan berharap kami bisa menuju ke arah yang lebih serius kedepannya. Tak pernah kusangka sebelumnya, aku heran, kog bisa.? Aku bahkan belum pernah bertemu langsung dengan ibunya, lantas bagaimana bisa ibunya memberi penilaian seperti itu padaku. Aku sedikit terkejut mengetahui hal tersebut. Dalam hati, rasanya ada begitu banyak beban yang lepas dari diriku, begitu ringan dan sangat melegakan. Namun aku mencoba bersikap tenang, dan menegaskan apa alasan ibunya berkata seperti itu, dia menjawab singkat " naluri seorang ibu itu lebih peka ". Kami berbincang panjang lebar lewat pesan whatsapp, beberapa hari kemudian pun kami mulai lebih sering menjalin komunikasi, terkadang pun mengobrol lewat telepon.

Beberapa waktu sebelum dia mengatakan pesan dari ibunya, kami memang sempat bertemu, kebetulan dia menjenguk teman kuliahnya yang sedang sakit, rumah temannya tersebut tak jauh dari tempat ku tinggal, dan kebetulan aku juga sedikit kenal pada temannya tersebut, dia bercerita pada temannya bahwa kenal padaku, dan aku tinggal disekitar sini. Temannya tersebut lantas mengajaknya untuk menemuiku, dia sempat mengirim pesan padaku sebelumnya, mengirim foto selfie bersama teman yang dia jenguk itu, dia tampak memakai setelan coklat, jilbab polos berwarna coklat muda, dipadu dengan kemeja warna coklat muda pula, dengan motif garis-garis vertikal, sambil tersenyum dia nampak anggun dengan jilbab yang lumayan besar. Kami bertemu, tapi pertemuan itu sangat aneh, tak ada obrolan asyik sama sekali, tak sama layaknya dua orang yang lama tak bersua, kemudian dengan lepas mengungkapkan semuanya, dia hanya diam sembari tersenyum dan sesekali menyembunyikan wajahnya sambil menoleh ke kanan kiri, aku hanya menanyakan beberapa hal umum untuk ditanyakan, seperti apa kabar? Tiba jam berapa? Menginapkah? Ya semacam pertanyaan itulah.

Aku jadi sedikit salah tingkah karena dia nampak malu-malu menjawab pertanyaanku, dan sekejab itu dia pamit dengan berjalan cepat setengah berlari. Dari kejauhan dia masih menatapku sesekali, sepertinya dia memang malu, entah apa yang menyebabkan dia malu aku tidak tahu. Dia masih tampak cantik seperti biasanya, dari kejauhan dia nampak berjalan semakin jauh meninggalkan tempatku berdiri, ini adalah beberapa menit yang cukup untuk membuatku terpesona..





Komentar