NOVEL ONLINE : SATU DEKADE Episode 3




Berduka



Pertemuan selanjutnya di hinggapi duka. Ayah nya dilanda sakit keras, dia harus bolak balik antar kota tiap minggu sembari kuliah dan membantu ibunya mengurus ayah dirumah serta mengantar ayahnya cuci darah ke Solo seminggu sekali. Dia bercerita banyak hal padaku, tentang keadaan ayahnya tentang ibu dan adiknya, satu hal yang membuat dia berbeda, dia tidak mengeluh sedikit pun, dia tampak tegar dan kuat menghadapi hal ini. Perawatan terus berjalan, namun Tuhan berkehendak ayahnya meninggal di tahun 2017 akhir, pada saat aku mendapatkan kabar bahwa ayahnya meninggal kebetulan aku sedang ada di acara pernikahan seniorku, dan lokasinya tak jauh dari rumahnya, jadi aku langsung pergi ke rumahnya saat itu juga, meski acara pernikahan seniorku belum selesai. 

Rumahnya terlihat sudah dipenuhi banyak pelayat yang hadir, tepat selesai dimandikan tibaku, sehingga aku masih punya kesempatan ikut menyolatkan jenazah. Kulihat dari kejauhan dia duduk dipojok ruangan, aku masih ingat betul dia mengenakan setelan hitam, jilbab hitam baju putih penuh dengan motif polkadot hitam serta rok hitam, tampak matanya sebam, wajahnya layu, air mata memenuhi sudut mata dan tampak membasahi wajahnya, namun dia masih terlihat tegar dan ikut mengantar jenazah sampai pemakaman, begitu prosesi pemakaman selesai aku langsung pulang tanpa sempat berbincang apapun, karena memang waktunya tak tepat untuk itu.

Sorenya, dia mengirimiku pesan via whatsapp, bertanya kenapa kog langsung pulang dan tidak ke rumah dulu, sebenarnya inginku memang bisa sedikit lebih lama lagi disana, tak tahu apakah hadirku berarti untuknya atau tidak, aku ingin membantunya meringankan kesedihan meskipun aku pun tak tahu caranya. Aku membalas pesannya, mengucapakan turut berbela sungkawa dan mengatakan bahwa masih ada keperluan, tanpa mengurangi sedikitpun rasa hormatku pada keluarganya jadi aku langsung pergi begitu pemakaman selesai. Status whatsappnya selalu penuh kenangan semasa hidup ayahnya, hampir tiap hari dia bagikan.

Beberapa hari kemudian aku bertemu lagi dengannya, aku kebetulan lewat jalanan dekat rumahnya jadi kebetulan, sekalian aku ingin membawakan sedikit oleh-oleh, berharap bisa sedikit meringankan kesedihan. Karena malam hari aku tak masuk rumahnya, aku hanya sampai jalanan di belakang rumahnya bertemu tak sampai sepuluh menit dan langsung pergi, tak enak pada tetangga. Dirumahnya hanya ada dia, ibu dan adiknya yang juga perempuan. Dia bercerita lewat pesan whatsapp, bahwa ibunya ingin bertemu denganku kalau-kalau aku lewat lagi kapan-kapan. Tiga kali seingatku aku bertemu dengannya di sekitaran rumahnya, dan semuanya hanya pertemuan sesaat tak sampai sempat berbincang panjang. Entahlah aku masih sama seperti sebelumnya, menyimpan semua ini dalam-dalam dan rapat tak tahu kapan tersampaikan. Aku masih nyaman menikmati perasaan itu meski sudah berjalan beberapa tahun tanpa bisa tesampaikan.

Aku bertemu lagi dengannya...









Komentar