Cerita Pendek : Asrama Timur ( Pondok Wetan )



Dinamakan asrama timur karena berlokasi disebelah timur kediaman pak kyai dan asrama lama, jaraknya agak jauh, sekitar tujuh puluhan meter bahkan lebih. Bangunannya megah, sudah mengadopsi model bangunan tembok dan berlantai lebih dari satu, model bangunan ala-ala gedung minimalis perkotaan gitu lah. 

Tampilannya yang megah dan modern tidak mengurangi unsur mistis dan mencekam yang kental dari tempat ini, apalagi saat menjelang maghrib dan malam hari. 

Tersusun dari dua lantai, lantai pertama terdiri dari aula, dapur dan empat kamar mandi. Aula ini jarang dibuka dan selalu gelap, karena lampunya juga jarang dinyalakan, biasanya dibuka seminggu sekali saat malam ahad bakda isyak untuk dipakai ngaji kitab bersama abah dan semua santri. Selain malam tersebut jarang sekali dibuka. Sedangkan lantai dua terdiri dari dua kamar mandi, satu ruang kantor dan satu ruang besar yang dibagi menjadi tiga sekat, satu sekat untuk musholla dan dua lagi untuk kamar santri, luas total ruangan ini sama dengan aula lantai satu.

Bangunan asrama ini menghadap arah timur dengan halaman yang cukup luas, tepat diseberang jalan berdiri sebuah rumah tua yang sudah lama tidak berpenghuni, yang sesekali ketika malam hari terdengar suara-suara berisik atau istilah Jawanya 'gemblodak'. Entah berasal dari apa saya kurang tahu, bisa jadi suara tersebut berasal dari binatang yang menggunakannya sebagai tempat tinggal setelah ditinggal penghuninya. Walaupun saya tidak memungkiri bahwa rumah tersebut memang terlihat mencekam dan angker.

Sisi sebelah selatan gedung asrama merupakan lahan jati yang tentunya tampak gelap karena tak ada penerangan saat malam hari. Hanya terdapat deretan pohon jati, sumur tua dan bekas pondasi rumah, karena memang menurut cerita, dulu berdiri sebuah rumah kayu disitu, namun sekarang sudah dibongkar karena penghuninya sudah lama meninggal. Begitu juga sisi belakang gedung asrama yaitu sisi barat, yang merupakan lahan yang banyak ditumbuhi semak belukar dan beberapa pohon besar yang rimbun, dipojok selatan juga nampak rumpun bambu jenis apus, tentunya bagian belakang ini juga nampak gelap mencekam saat malam hari.

Dan sebelah utara gedung asrama adalah rumah tetangga, namun rumahnya menghadap ke utara, jadi jika dilihat dari gedung asrama, yang terlihat hanya bagian belakang rumah dan beberapa pohon pekarangan belakang. 

Memang terasa horor, karena suara burung hantu sangat sering terdengar disini hampir tiap malam terdengar. Kadang burung itu muncul dan terbang disekitaran gedung, terlihat mengitari bangunan ini dan sesekali hinggap di pohon dan terkadang di atap gedung. Suaranya yang parau memang sanggup membuat bulu kuduk merinding, apalagi saat terjaga di tengah malam, dan burung hantu itu muncul. Jumlahnya memang lebih dari satu, sampai saat cerita ini saya tulis jumlah burung hantu tersebut belum diketahui pasti, kadang terlihat dua ekor, kadang tiga ekor. Mungkin masih ada lagi, saya kurang paham. Yang pasti, keberadaannya membawa kesan berbeda ditempat ini. Terasa lebih sakral, menyeramkan dan mencekam.







Komentar