Kamu Dari Masa Lalu


Hari ini, kamis, bertepatan dengan tanggal 04 Juli 2019, tak kuduga sebelumnya, aku berjumpa dengan mu lagi, dalam acara yang sama seperti terakhir kali aku berjumpa denganmu satu tahun yang lalu. Acara walimatus safar di rumah kerabat, bedanya satu tahun lalu walimatus safar bertempat di pesantren di ponorogo, menjelang Mbah Kyai berangkat haji.

Entah, rasa senang, sedih, suka atau kecewa. Melihatmu lagi adalah sebuah hal yang punya kesan tersendiri bagiku. Meski kini kau sudah menempuh jalan yang baru, yang lebih indah bersama suamimu. Aku jujur masih mengingatmu.
Hari ini tanpa sengaja, dan tak kusadari sebelumnya, ternyata kita memakai warna baju yang sama. Dari atas sampai bawah sekilas kulihat kau memakai gamis hitam, dan jilbab hitam. Aku pun memakai setelan, basofi hitam, sarung hitam dan songkok hitam. Sedikit membuatku riang dan terkekeh dan berkata dalam hatiku, kog bisa. ? Aneh. Padahal tak ada settingan sebelumnya.

Aku duduk disamping suamimu dan bercanda seperti biasanya. Aku tak ingin saja, terlihat punya kecanggungan dengannya karena kedekatan kita di masa lalu. Aku cukup berpasrah hati, mencoba menerima kenyataan.

Aku tak sempat melihat wajahmu lama. Hanya sepersekian detik, terlihat dari samping, itu pun tak ku sengaja. Kebetulan saja, kau datang menyajikan makanan kecil untuk para tamu. Aku tak enak hati pada suamimu, aku tak ingin jadi lelaki tak tahu diri, melirik istri orang lain. Aku masih punya sedikit harga diri untuk ini, meski ada kesempatan tapi aku tentu masih sanggup menahan.

Oh iya, kulihat kau masih tampak kurus, seperti dulu. Meskipun ku tak tahu secara persis benar tidaknya. Wong cuma lihat sekilas thok eg. Sebenarnya banyak yang ingin ku tanyakan. Apakah kamu bahagia. ? Atau sedang sedih. ? Apa kamu nyaman. ? Atau kurang nyaman sekarang. ? Ku harap kamu menemukan kebahagiaan yang kamu dambakan.

Aku sebenarnya masih ingin berlama-lama di acara itu. Bukan karena ada kamu ataupun mencoba bernostalgia lagi. Tapi aku ingin bertemu dengan pak Kyai yang kebetulan berkenan hadir malam ini. Tapi sayang, aku harus pulang lebih awal sebelum beliau datang, karena keponakanku minta ditemani pulang lebih tepatnya diantar pulang, maklum dia perempuan harus ada yang menemaninya pulang malam-malam, lagian dari tempat acara ini lumayan jauh juga, hampir satu jam perjalanan. Rumahnya tak jauh dari rumahku, jadi sekalian searah denganku. Dia dengan adiknya berjalan dengan motor maticnya di depan, dan aku mengikuti dari belakang.

Aku bertanya-tanya setelah pertemuan tak disangka ini. Apakah masih ada kesempatan berjumpa lagi. ?

Apakah aku masih punya cukup waktu dan umur lagi. Maafkan aku untuk kesalahan di masa lalu. Semoga kelak kita menemukan kebahagian kita. Entah bersama atau masing-masing aku hanya berpasrah pada Tuhan.

Komentar